Smsny gaol kn? ITULAH NENEK saya :)
Menurut saya, hal terindah dalam hidup seorang wanita adalah disaat-saat seperti nenek saya sekarang itu. Saat kulit mulai mengeriput, sudah mulai agak pikun, sering ngeluh pegel2 (encok atau rematik, hhe)… yah, secara fisik mungkin tidak lagi seperti masa muda, namun pesonanya, sungguh pesona wanita.
Everybody loves her. Semua orang, mulai dari anak-anak hingga cucu-cucu sungguh mencintainya.
Ia hidup diantara kasih sayang darah dagingnya.
Ia hidup dikelilingi orang-orang yang berlomba untuk menunjukkan bakti kepadanya.
Kami sama-sama lahir di bulan April. Saya tanggal 4, mamah (panggilan saya untuk nenek) sepuluh hari setelahnya. Saya mendapat sms dari mamah saat sedang kumpul, makan-makan bareng teman-teman SMA yang sama-sama kuliah di UGM. Waktu itu saya nyengir lamaaa banget sambil mengikuti kata demi kata yang dikirimkan mamah. Sumpah, smsnya kocak! Ada part tiup lilinnya segala, bunyinya ‘puaah’ lagi! Kreatif banget ya wanita 65 tahun itu?!
Dan di akhir smsnya, saya jadi malah nyium handphone. Senang banget dapat sms dari mamah!hhe
Karena saat cucu pertamanya lahir mamah masih cantik banget banget (Masih mudaaaa! Sampai sekarang juga masih cantik sih. Suer!) sehingga tidak pantas dipanggil nenek, saya jadi ikutan umi om dan tante untuk memanggilnya ‘mamah’. Jadi, sekarang adik-adik dan sepupu juga ikutan manggil ‘mamah’ :p
Saat kelas tiga SMP dan kelas tiga SMA, saya tinggal di rumah mamah. Awalnya sih, waktu SMP, sekolah saya memang lebih dekat dari rumah nenek daripada dari rumah. FYI, rumah orang tua saya dan rumah nenek saya sama-sama di Depok…jadi nggak ada tuh cerita: berlibur ke rumah nenek di desa, bermain di sawah, memanen hasil kebun, menangkap ikan di sungai, dll (tapi kalau main ke Bogor masih sempat ‘merasakan’ itu, sih^^). Nah, saat saya SMP kelas 3 itu, om saya yang paling bungsu sedang kuliah di Bandung. Jadi dirumah tinggal dua tante saya tersayang dan mamah. Tante-tante saya kan kerja, jadi nggak bisa terus nemenin mamah. Jadi alasan awal saya tinggal di rumah nenek saat kelas 3 SMP adalah untuk nemenin mamah. Tapi begitu masuk SMA, saya malah sibuk organisasi, jadi bukannya nemenin mamah malah numpang tidur di rumah mamah doang. Jadilah saya kembali pindahan ke rumah. Oia, selain itu juga awalnya saya merasa SMA saya agak terlalu jauh, jadi pas kelas X saya selalu datang ke sekolah dianter abi. Hhe, padahal lama-lama, setelah sering pulang malem dan bolak-balik, ternyata smansa-rumah ga jauh-jauh amat. Nah, kelas tiga SMA saya kembali ke rumah mamah dengan alibi agar bisa belajar lebih tenang untuk mempersiapkan ujian. Halaaaah. Padahal di rumah juga, walaupun ada 5 beberenyit sebenarnya ga terlalu mengganggu juga..
Dalam melewati hari-hari bersama mamah itu, saya selalu jatuh cinta pada sosok mamah. Karena memang dasarnya sering ngobrol, saya jadi senang mendengar cerita-cerita mamah. Cerita tentang masa-masa lalu mamah, masa kecil ibu, om dan tante (umi, aa, om, dan teteh-teteh :3), sampai curhatan-curhatan mamah tentang segala hal: tentang anak-anaknya, tentang saudara-saudara, bahkan tentang tetangga. Dari cerita-cerita mamah, saya jadi paham sudut pandang orang tua. Bahwa setiap mereka menginginkan yang terbaik bagi buah hatinya. Begitu pula seorang buah hati, tentu ingin selalu mendapat ridho orang tuanya. Sesungguhnya tidak ada yang jahat atau bermaksud buruk diantara mereka. Namun terkadang apa yang dimaksud satu sama lain ditangkap secara berbeda atau mungkin apa yang menurut satu pihak baik, tidak demikian dengan apa yang dianggap pihak lain.
Sekarang saya dan mamah pakai provider yang sama. Jadi kalau saya mau menelepon mamah bisa lebih murah. Waktu masih semester dua, saya dijangkiti rindu berat sama mamah tapi provider telepon seluler kita waktu itu beda. Jadi saya (bela-belain?) beli nomor perdana yang sama kayak mamah, dan agak sedikit jail dengan tiba-tiba menelepon, membiarkan mamah agak kesal dengan orang tak dikenal yang tiba-tiba menghubungi, tidak memperkenalkan nama bahkan malah minta ditebak siapa gerangan :D
Tapi mamah jago juga! Mamah bisa tahu kalau itu saya, setelah dengar nada ketawa saya (yang spontan, padahal awalnya udah sok2 pakai nada bicara yang berbeda), dan dalam percakapan berikutnya saya cuma mendengarkan apa yang mamah ceritakan, sambil tertawa namun mengeluarkan air mata. Hhu, nggak tahu kenapa saat itu tahu-tahu nangis Bombay. Rindu berat, kayaknya. Jadi saya bisa berusaha mengeluarkan suara senormal mungkin supaya suara di seberang tidak tahu kalau saya sedang tersedak-narik ingus-menghela napas.
Intinya, saya jarang menghubungi mamah dan tiap sms atau telepon dari (dan ke) mamah jadi momen berharga buat saya. Semester lalu, saya sempat iseng menelepon mamah. Ternyata, mamah curhat panjaaang banget. Saya jadi sedih..seandainya saya kuliah di Depok, mungkin saya bisa sering-sering menemani mamah, dengerin cerita-ceritanya. Di usia seperti mamah –umi bilang- orang tua pasti butuh tempat berbagi. Banyak hal yang mungkin ingin mamah bagi, tapi bingung bercerita pada siapa. Ke teman-teman dekatnya, mungkin nggak enak karena ini urusan keluarga. Ya gitu deh. Saya sedih. Saya kan belum bisa ngasih apa-apa ke mamah…yang saya bisa paling cuma nemenin mamah. Tapi ternyata saya juga nggak bisa melakukan itu.
Oia, liburan semester kemarin mamah sakit. Awalnya radang, batuk-batuk dan jadinya panas. Katanya itu efek terapi (mamah lagi rajin ikut program terapi sama teman-teman se-gengnya). Sakit dulu, nanti baru semua keluhan sembuh, katanya begitu prinsip pengobatannya. Karena saya sedang libur, jadi saya senang karena punya kesempatan merawat mamah. Nemenin, nyuapin, minumin obat…
Tapi ternyata saya malpraktek. Hikss! Mamah emang orang yang jaraaang banget makan. Kalau saya napsu makannya luar biasa, mamah tuh makan karena ingat kalau itu kewajiban aja. Ckckck. Apalagi saat itu sedang sakit, jadi tambah nggak pengen makan deh, katanya mual kalau ngeliat makanan. Jadi dokter ngasih obat anti mual yang harusnya diminum setengah jam sebelum makan. Tapi saya ngasih ke mamah tepat beberapa saat sebelum makan. Jadi mamah saya suapin sambil meringis-ringis mual dan tampangnya bête banget sama makanan yang menuruntnya ‘nggak abis-abis’, tapi saya paksa terus. Jadi nggak enak >.<
~Maafin yaa mah! Pantesan aja tetep mual, obatnya nggak ngefek!hhe
Makanya, sehat-sehat yaa mah! Jangan sampai sakit lagi….biar bisa tetap lincah dan gaol^.~
