Laman

Kamis, 24 Februari 2011

So tell me darling!


Hhe. Lucu yaa cerpennya?
Ceritanya, itu buatan anak SMP yang sok bikin cerita dengan tokoh anak SMA!
Tapi yaampun, ga bisa boong…itu kayaknya SMP banget deh!

First love experience, yang kalau kata Andrea Hirata: tiap kali melihatnya, seperti ada kupu-kupu di dalam perutku. Dan kalau menurut apa yang dinyanyiin GitaGut: bila dekaat lelaki aaku pun maluuu.
Itu kan tanda-tanda anak yang baru puber, yang baru sadar kalau di dunia ini Allah menciptakan dua jenis manusia, yang saling tarik menarik layaknya dua kutub magnet berbeda. Jadi ga boleh lama-lama dipandangin, dll dll karena kata mama itu berbahayaa.
Ababil banget. Abg labil. Baca aja..itu si Asty sampai nangis terus cuma gara-gara suka sama kapten basket. Hha. Kayaknya anak SMA udah nggak gitu, deh..
Yaah cerpen yang dibuat ababil SMP dengan tokoh ababil SMA itu pernah dimuat di majalah Muslimah. Mas Deny yang ngirimin. Tapi saya ga pernah ikhlas kalau ibu-bapak-om-tante dan saudara-saudara saya membaca cerpen itu. Merinding malu! Sampai terakhir barusan saya baca, saya masih geli sendiri.
Itu mirip keadaan saya waktu SMP, sebenarnya. Saya yang berasal dari SD Islam Terpadu merasa nyaman berlindung di ROHIS sekolah. Jadi yang ditulis di cerpen itu merupakan refleksi dari apa yang saya dapatkan di ekstrakurikuler tersebut. Doktrinasi. Hm, nggak begitu juga sih..
Setelah mengingat-ingat, sepertinya saya membuat cerpen itu karena senang mendengarkan lagu-lagu yang saya susun dalam playlist winamp. Oh, karena saya juga sedang suka sama lagu-lagu tersebut, lagu-lagu yang lagi ramai diputar di radio (#laginorakgitudeh).
Wow, lagu tahun 2005an meeen! Pas SMP, saya dan teman-teman senang banget pasang headset, dengerin radio dari hp pas guru-guru yang ngebosenin lagi ngajar. (Kayaknya hp yang saya punya jaman itu hanya punya feature radio, deh. Belum ada mp3). Seringnya sih dengerin dari hpnya temen, jadi colokan kuping yang satunya dipakai teman saya, yang satunya saya pakai. Istilahnya dulu: kupingnya berdua yaa. Hhapadeh.
Lucunya, kita sering kaget sendiri begitu manggil temen yang duduknya tidak jauh dari bangku kita, atau ketika kita ngobrol, eeh seantero kelas nengok semua ke kita. Tanpa disadari, make headset bikin volume suara yang kita keluarkan lebih keras. Abis itu paling cuma bisa ngakak geli sambil menunjukkan gesture permintaan maaf kepada guru yang proses mengajarnya telah kami ganggu dengan sebuah semi-teriakan yang keluar tanpa kami sadari.
Eh……boong deng. Dengerin headset pas pelajaran mah kebiasaan pas SMA kelas 1 yang ditularkan Tantri Sari Safitry kepada saya :p Saya mah anak baik-baik-baik-baiiiik banget pas SMP, anak ROHIS sejati.
*Aiish, sombongnyooo.

Hhe. Lucu yaa?
Itu cerita cinta jaman SMP (atau kalau maksa: SMA). Semenjak kuliah, pertanyaan yang sering terlontar dari ibu saya tiap kali beliau menyuruh saya bercerita tentang pengalaman menjadi anak rantau ialah, “Ada yang cakep gaa di jogja?” atau “Teh, kamu belum naksir orang apa?”. Ah, umiii. Plis, dong! Saya juga ga tau kenapa, ga bisa lagi menemukan yang bikin cenat-cenut. Bahasa teman saya: Payah deh…Jogja emang hambar :3
Ujung-ujungnya kita malah nyalahin Jogja, atau comparing Depok’s male to Jogja’s male. Padahal ga ada hubungannya.
Akhirnya, saya baru tersadar setelah Destara Sati, teman saya yang mantap jaya, berkomentar, “Lah emang kalau sekarang mah udah bukan masanya lagi kali ul..”
Iya, ya.  Entah ini juga dirasakan orang lain atau tidak. Saya merasa, semakin dewasa diri kita, kita akan semakin mudah mengendalikan gejolak hormon. Udah bukan anak SMP lagi, gituloh!

Laki-laki dan perempuan memang diciptakan untuk saling melengkapi. Dengan perbedaan yang dimiliki, terutama secara psikologis, keduanya akan saling membutuhkan. ‘Kita’ butuh ‘mereka’ sebagai partner dalam banyak hal, -dalam organisasi, dalam komunitas, dalam menyelesaikan proyek, atau dalam pertemanan pada umumnya-, jadi karena merasa mutualisme, interaksi yang sering dijalani tersebut menjadi biasa aja. Kalo jaman SMP kan ada geng cewek dan geng cowok. Hmm, bener begitu gaaa?

Tapi kenapa cowok-cowok SM*SH masih bilang kalo mereka cenat-cenut ketemu cewek yang know them so well??!
Mm, mungkin karena tiap orang berbeda (??).
Saya sendiri, lebih saya lebih suka berurusan dengan cowok-cowok yang asik untuk diajak kerjasama. Orang yang membuat saya nyaman menjadi diri sendiri. Bebas marah kalau memang ada yang salah (hah, saya bisa marah?!), bebas protes, bebas cerewet, bebas diam kalo saya emang lagi ga mood. Bukan yang bikin cenat-cenut. Intinya sih, ya memang seorang teman.
Then,
So tell me darling…do you wish we’d fall in love?

* Nah, sekian mungkin tentang Venus dan Mars serta gejolak ababil, sekarang ayo kita nyanyi sama-samaaa :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar